Tumpukan Sampah Tutup Akses Jalan Menuju Kantor Bupati Pemalang

Selama lebih dari seminggu, tumpukan sampah di jalan Cisadane, Kelurahan Kebondalem, yang mengarah ke kantor Bupati Pemalang masih belum diangkut oleh UPT Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.
Menumpuk sampah sepanjang ratusan meter, yang menghalangi akses utama dan menyulitkan warga untuk melintas.
TPST Pelutan di Jalan Cisadane, yang awalnya menjadi tempat penampungan sementara sampah, kini sudah penuh dan telah ditutup selama seminggu terakhir. Hal ini menunjukkan perlunya tindakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah sampah di wilayah tersebut.
Ketika jalan menuju Kelurahan Kebondalem dan Desa Tambakrejo mengalami masalah, ini menyebabkan keresahan bagi warga setempat. Mereka harus mencari rute alternatif jika ingin pergi ke dua wilayah tersebut.
Kusnadi (50), seorang sopir truk sampah DLH Pemalang, berada di lokasi pembuangan sampah dan mengatakan bahwa tumpukan sampah telah menutupi jalan Cisadane selama lebih dari seminggu. Hal ini disebabkan oleh kapasitas TPST Pelutan yang sudah tidak lagi dapat menampung sampah dari masyarakat.
Seiring dengan pertumbuhan populasi di Pemalang, masalah sampah juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan ratusan meter jalan ke lingkar selatan tertutup oleh tumpukan sampah, menghambat akses bagi warga Desa Tambakrejo dan Kelurahan Kebondalem.
Menurutnya, sudah seminggu sejak pembuangan terakhir tidak ada dan sampah terus menumpuk. Jika saja ada sistem pembuangan yang baik, situasi ini bisa dihindari dan lingkungan akan bersih.
Untuk mengatasi masalah sampah di jalan, kepala desa dan kelurahan telah membuat lubang untuk pembuangan sementara. Namun, mereka masih menunggu informasi tentang lokasi pembuangan sampah baru. Sebaiknya desa juga proaktif dalam mencari lahan sementara untuk menangani masalah ini.
Tidak hanya pemilik kendaraan, para pengguna jalan juga terkena dampaknya. Usman (26), warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Pemalang, mengaku bahwa ia harus mengambil jalur yang lebih jauh untuk mencapai kota akibat proyek tersebut.
Walaupun ada jalur alternatif, jalur utama di jalan Cisadane masih menjadi yang paling sering dilalui oleh masyarakat. Karena itu, penduduk berharap agar sampah segera diangkut untuk memastikan bahwa kegiatan sehari-hari, khususnya untuk anak-anak sekolah, tidak terganggu.
Dia mengeluh, “Saya harus berputar-putar jika ingin menuju ke kota dan kantor kabupaten.”